Pages

Selasa, 16 Februari 2010

Satu Nama Saja

Matahari mulai tidur dan bulanpun berganti menjaga bumi, seperti malam-malam biasanya aku bersiap untuk berkerja, jika kebanyakan orang, malam adalah waktu mereka untuk istirahat mengembalikan tenaga yang terkuras untuk berkerja di siang hari, tapi buatku malam adalah nafas, tempatku mencari nafkah, dan tempatku menyadari betapa beratnya hidup ini. Aku siapkan baju yang paling spesial, karena malam ini aku akan bertemu dengan orang yang spesial juga, ya…! aku akan bertemu dengan mas John, pria yang selama 6 bulan terakir mengisi relung hatiku yang paling dalam.

Mas john memang pria yang sempurna. tampan, pintar, kaya dan berasal dari keluarga terhormat. Setiap wanita pasti akan tertegun melihat kegagahan tubuhnya, sungguh, dia adalah pria yang diidamkan semua wanita. Sudah hampir 6 bulan aku menjalin hubungan gelap dengan mas John. Pertemuan kita bermula di sebuah klub malam, aku menghampirinya ketika dia duduk sendiriaan, lalu kami mengobrol tentang apapun, dan semenjak saat itu hubungan kami berlanjut.

Aku selalu ada ketika mas john membutuhkan teman untuk bicara, aku selalu siap menjadi tempat sampah buat semua keluhannya, mas John sangat kesepian, dia butuh teman bicara, walaupun kehidupanya sempurna tapi aku bisa merasakan kesepian yang mendera hidupnya, mungkin, mas John adalah potret remaja ibukota yang kekurangan kasih sayang dari orang tuanya, meskipun dia mempunyai tunangan, tapi tunangannya selalu sibuk berkerja.

Akhirnya larilah dia ke klub malam untuk melepas kesepian, dan dalam pelukanku mas John merasakan ketenangan, dia mengakui aku enak di ajak bicara, tidak cerewet dan perhatian. Aku hanya tersenyum mendengar pujian dari mas john, aku tahu itu bukan rayuan, mas john orangnya sangat jujur, ketika pertama kita berkenalan dia berterus terang kalau sudah mempunyai tunangan dan akan segera menikah. Tapi aneh saja aku mendengar pujian dari mas john, karena belum pernah ada orang yang memujiku, kebanyakan orang menghinaku, mencemooh, dan menganggapku najis.

Sejak kecil hingga tumbuh dewasa hidupku jauh dari belaiaan kasih sayang orang tua, ayah lari dengan wanita lain ketika aku berumur 5 tahun, sejak kejadian itu, ibu juga jarang pulang kerumah, banyak selintingan, ibu menjadi seorang pelacur dan pergi bersama seorang pria ke negeri jiran, akupun menjadi yatim piatu ketika umurku menginjak 10 tahun, walaupun aku masih punya ayah dan ibu tapi mereka tidak pernah terdengar rimbanya. Neneklah tempatku berkasih sayang, tapi sayang nenek tidak lama bisa mendampinginku, ketika usiaku genap 15 tahun nenek dipanggil oleh yang maha kuasa.

Lengkap sudah penderitaanku, aku sudah tidak punya siapa-siapa, hidupku sebatang karang, aku tidak punya tempat berkasih sayang, ingin rasanya aku mengakiri hidup ini, tapi aku teringat pesan nenek, jika hidup butuh perjuangan, berjuanglah untuk mendapat kehidupan yang lebih layak. Kata-kata itu yang membuat aku menerima tawaran untuk mengadu nasib ke ibu kota menjadi seorang pembantu rumah tangga.

Tapi hidupku memang jauh dari kebahagian, walaupun kebahagiaan menjadi seorang pembantu. Ditempat aku berkerja aku diperlakukan seperti budak, majikanku adalah keturunan cina yang berkerja sebagai pedagang, setiap hari mereka menyiksaku, aku tidak berdaya untuk melawan mereka. hinaan, tamparan dan cambukan adalah makananku setiap hari. Ingin rasanya aku lari dari kekejaman ini, tapi aku mau kemana, aku tidak punya siapa-siapa. Jika yang tertulis dalam takdirku hidupku harus berakhir disini, aku akan rela menerimanya.

Hatiku sedikit lega, kekejaman yang mereka lakukan lambat laun berkurang semenjak nyonya sakit-sakitan karena termakan usia, dan kedua anak perempuanya sudah berkeluarga dan hidup sendiri-sendiri, walaupun hari-harinya dihabiskan ditempat tidur tapi umpatan yang keluar dari mulutnya masih nyaring terdengar, akupun sudah kebal mendengar semua itu. Tapi ketenanganku terusik ketika suatu malam aku merasakan ada yang menindih tubuhku, ketika aku membuka mata, seperti ada paku yang menusuk-nusuk hatiku dan palu yang meremukkan kepalaku.

“ jangan tuan, jangan” aku beruasaha melepaskan diri dari pelukan majikanku.

“ diam kau…!!! Sudah 5 tahun aku beri kau makan, anggap saja ini bonus buatku”

Sejak kejadian itu dia sering mengunjungi kamarku ketika nyonya sudah tertidur, Aku tak kuasa melawan kehendaknya, karena dia mengancam akan membunuhku bila berani buka mulut. Aku hanya bisa menangis. Perasaan pedih, tertekan, dan takut mendera jiwaku. Sungguh, hidupku serasa di dalam neraka. Aku cemas kebobrokan ini akan terbongkar. Aku bisa bayangkan, bagaimana murkanya nyonya dan kedua putrinya bila mengetahui kejadian ini.

Setelah kupikir masak-masak, akhirnya aku memutuskan lari dari rumah mereka. Dengan berbekal niat aku menjelajah sudut-sudut kota Jakarta. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya aku bingung harus kemana berhenti melahkahkan kaki. Aku tak peduli bagaimana mencari makan dan ke mana bersarang. Bumi sudah menjadi lantai, dan langit yang menjadi atap rumahku. Suatu hari aku bertemu dengan kumbang malam yang berbaik hati menampungku. Dikenalkannya aku pada kehidupan malam. Meski sadar, dunia yang kujalani ini jauh dari norma-norma susila dan agama, tapi peduli setan. Toh, hidupku sudah terlanjur kotor dan hancur. Sekalian saja aku tenggelam.

Telah banyak lelaki hilir mudik menyambangiku. Namun dari semua yang hadir itu tak ada yang seperti Mas John. Sungguh, dia lelaki istimewa. Dia bukan sekadar teman berkencan, tapi juga seperti sahabat, pacar, sekaligus belahan jiwa. Aku menemukan kecocokan dengannya. Mas John orangnya lembut, romantis, sabar, dan penyayang. Beda dengan laki-laki kebanyakan yang kasar, egois, dan temperamen. Dengan Mas John aku seperti menemukan surga dan kasih sayang yang aku impikan selama ini. Tak kupungkiri aku jatuh cinta padanya

Malam ini adalah malam yang sudah aku tunggu, karena aku akan menyatakan cintaku kepada orang yang selama 6 bulan ini mengisi hati dan pikiranku.

“ Aku mencintaimu Mas…!!”

Mas John terdiam mendengar ungkapan perasaanku.

“ Kenapa Mas??, Mas gak cinta sama saya”

“ Aku juga cinta sama kamu” ucapnya sambil memegang tanganku.

“ Trus kenapa mas gelisah, aku serius cinta sama mas, aku ingin menikah dengan Mas”

Mas John semakin erat memegang tanganku.

“ Aku cinta sama kamu, tapi kita tidak mungkin bisa bersama, apa kata orang nanti, lagi pula aku sudah punya tunangan, aku sangat sayang sama dia, dan sebentar lagi kita akan menikah, kamu tahu sendiri kan”

“ Lalu apa arti hubungan kita selama ini mas” aku melepaskan gengaman tangan Mas John.

Mas John kembali meraih tanganku dan mengenggamnya dengan erat.

“ Hubungan kita ya seperti ini saja, kita tidak bisa mengikat komitmen, aku akan menemuimu ketika aku membutuhkanmu, aku tahu kamu cinta sama mas, tapi cinta tidak harus memiliki”

Hatiku hancur, airmata tak terasa menetes di pipiku, cintaku tidak berbalas, Tiba-tiba aku dibelit rasa cemburu pada Cintya. Aku ingin seperti dirinya, agar aku bisa mengecap kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga yang utuh. Keinginan itu yang mendorong aku akhir-akhir ini sering mengikuti dia. Menyelidikinya. Mengamatinya dari jauh. Aku ingin tahu, dimana kekuatannya sehingga Mas John tak berani melepasnya.

Tapi semakin aku mengenalnya, semakin banyak hal kutahu tentang dirinya, semakin ciut nyaliku, kerdil jiwaku. Dia begitu sempurna, Sangat sempurna. Dia wanita ideal dambaan semua pria. Cantik, anggun, pintar, seksi, berkelas, keibuan,dan sopan. Sungguh, dia memiliki segala yang diimpikan semua wanita. Bila ada yang kurang pada dirinya hanya satu, dia lalai menjaga calon suaminya.

Andai aku menjadi dia, tak kubiarkan calon suamiku kelayapan di klub malam. Tak kubiarkan dia mencari teman bersandar di luar rumah. Tak kubiarkan dia menanggung beban sendirian. Tak kubiarkan dia kehilangan arah tujuan. Karena dia tidak hanya butuh cinta dan kepercayaan, tapi juga belaian kasih sayang, perhatian, dan kelembutan. Setangguh-tangguhnya lelaki, mereka juga punya sisi lemah!.

Tapi itulah aku, tak mungkin menjadi dia. Aku tak mungkin menggantikan kedudukannya. Karena kutahu, sebuah kemustahilan melawan kodrat. Aku terlahir sebagai laki-laki, meski jiwaku perempuan. Entah, siapa yang patut disalahkan atas keadaanku ini. Tapi satu hal pasti, aku tak mungkin menggantikan kedudukannya. Tapi ingin sekali kubisikkan padanya, jagalah calon suamimu agar dia tidak lari ke pelukan manusia sepertiku.

*****

0 komentar:

Posting Komentar